The Taking of Pelham One Two Three (1974) : Tidak Sekadar Bajak Kereta

the taking of pelham one two three tidak sekadar bajak kereta
United Artists

Penamaan sejumlah karakter berdasarkan warna dalam film Reservoir Dogs (1992), jelas terinspirasi dari film ini yang tidak hanya mengisahkan sekadar bajak kereta metro atau subway saja, namun diperkaya oleh pendalaman karakter antagonis serta aksi mereka berhadapan dengan karakter protagonis yang terlihat heroik.

Setelah saya muak terhadap versi pembuatan ulangnya yang dibintangi John Travolta dan Denzel Washington, versi orisinilnya yakni The Taking of Pelham One Two Three akhirnya memuaskan saya, melalui tontonan yang sangat bermakna dari menit awal hingga menit akhir!

Film garapan Joseph Sargent ini diramaikan oleh jajaran cast legendaris, seperti Walter Matthau, Robert Shaw, Martin Balsam, serta Hèctor Elizondo. Dibandingkan remake-nya, saya film ini lebih mengutamakan sisi drama kelam meski ada beberapa adegan laga dan tentunya dibubuhi beberapa humor segar, sehingga sangat menarik untuk disimak.

The Taking of Pelham One Two Three mengisahkan pembajakan kereta metro atau subway di kota New York. Adalah Mr. Blue (Robert Shaw), Mr. Green (Martin Balsam), Mr. Grey (Hector Elizondo) dan Mr. Brown (Earl Hindman) yang menaiki kereta Pelham One Two Three, masing-masing dari stasiun yang berbeda. Lantas pembajakan pun dimulai. 

Mr. Blue selaku pemimpin pembajakan, meminta uang tebusan kepada Walikota (Lee Wallace) dan mengancam akan membunuh penumpang satu-persatu, jika tuntutannya tidak terpenuhi.

Sementara Letnan Zachary Garber (Walter Matthau), seorang Polisi Otoritas Transit, berusaha mencegah dan memburu para pembajak kereta.



review the taking of pelham one two three
United Artists

Konflik dan berbagai ketegangan pun terjadi, terlebih kehadiran sang Walikota yang terus dibujuk oleh wakilnya agar menyerahkan uang tebusan, demi menarik simpati publik dengan harapan dapat terpilih kembali untuk pencalonan selanjutnya.

Lalu berhasilkah Garber meringkus para pembajak tersebut?

Film yang berdurasi lebih dari 100 menit tersebut memang berhasil menyihir saya dengan kehebatan akting, dialog dan dramatisasi diselingi aksi laga mumpuni.


Pada intinya, film ini menitikberatkan bagaimana frustasinya seseorang yang menjadi antagonis sehingga nekat membajak kereta, sementara di sisi protagonis yang terlihat bodoh berusaha keras menjadi pahlawan.

Keunikan masing-masing karakter itulah yang begitu mewarnai film ini menjadi sebuah drama thriller impresif. Karakter antagonis Mr. Blue yang diperankan aktor watak
Robert Shaw, memiliki karisma kuat sebagai pimpinan pembajak kereta. Ia seorang yang kejam, namun masih memiliki sedikit nurani dari sisi manusiawi, terkait psikologis dari keputusasaan masa lalunya.

Baca juga: The Sting (1973) : Aksi Brilian Para Penipu Ulung 

Kontras dengan asistennya, Mr. Grey yang diperankan Hector Elizondo yang begitu temperamen, kejam, brutal, tanpa basa-basi, seringkali bertentangan dengan Mr. Blue. Sedangkan karakter Mr. Brown tidak terlalu diekspos, sebagai penggembira yang cenderung pasif. 

Yang menarik, tentu saja Mr. Green yang diperankan Martin Balsam, sebagai seseorang yang anti kekerasan, lebih santai di saat yang bersamaan selalu tegang saat membajak kereta, dan sepertinya ia terpaksa bergabung dengan komplotan tersebut. Mentalitas yang agak labil dan paranoid, kerap kali membawa masalah baru yang lebih kompleks.


bajak kereta film taking of pelham one two three
United Artists

Lucunya, dari sisi protagonis juga tak kalah serunya. Karakter Garber yang diperankan Walter Matthau awalnya terlihat bodoh, naif sekaligus linglung dan panik tak karuan dalam menghadapi berbagai persoalan, terlebih saat terjadinya pembajakan.

Namun berkat pengalaman dan andalan instingnya, secara perlahan ia cepat belajar dan beradaptasi, berusaha dalam proses : from zero to hero!

Sedangkan karakter Frank Correll (Dick O’Neill) sebagai kepala pusat kendali kereta, digambarkan arogan dan keras kepala. Ia begitu dominan terhadap Garber dan selalu mengintimidasinya.


Puncak kemeriahannya ada pada karakter Letnan Polisi Rico Patrone (Jerry Stiller) yang mampu mencairkan ketegangan film, melalui berbagai dialog humor dan akting komedi yang membuat saya tertawa lepas.
 
Sedikit sarkasme politik di film ini, memperlihatkan tatkala paniknya seorang Walikota yang diperankan oleh Lee Wallace, memiliki karakter yang mirip dengan Garber, yang didominasi dan dipengaruhi oleh penasihatnya, yakni Warren LaSalle (Tony Roberts) yang karismatik sekaligus meyakinkan.

Tidak seperti versi pembuatan ulangnya, sinematografi film ini sangat bisa dinikmati berkat kestablian dalam
pengaturan terhadap berbagai pergerakan kamera, terutama adegan aksi laganya yang tidak berlebihan.

Juga suasana kota New York, terutama suasana di stasiun subway maupun di dalam keretanya itu sendiri.

Nominasi di ajang BAFTA Awards dan Writers Guild of America Award, serta pencapaian angka 100% di Rotten Tomatoes, membuktikan bahwa film The Taking of Pelham One Two Three versi orisinal, tidak pantas untuk dibuat ulang karena memang begitu superior dari semua aspek yang ada.

Jelas bahwa film The Taking of Pelham One Two Three tidak hanya berbicara sekadar bajak kereta saja, namun lebih jauh menyajikan masing-masing perbedaan karakter dengan backstory-nya, dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik yang mereka hadapi.

Score : 4 / 4 stars

The Taking of Pelham One Two Three | 1974 | Drama, Aksi Laga, Thriller | Pemain: Walter Matthau, Robert Shaw, Martin Balsam,
Hèctor Elizondo, Earl Hindman, James Broderick, Dick O'Neil, Lee Wallace, Toy Roberts, Jerry Stiller | Sutradara: Joseph Sargent | Produser: Edgar J. Scherick | Penulis: Berdasarkan novel The Taking of Pelham One Two Three karya John Godey. Naskah: Peter Stone | Musik: David Shire | Sinematografi: Owen Roizman | Distributor: United Artists | Negara: Amerika Serikat | Durasi: 104 Menit

Comments